Sabtu, 05 November 2011

The Killer Socks

Assalamu'alaikum

Selamat malam dan salam sejahtera.

Yah pada kesempatan kali ini hanya ingin berbagi sebuah cerita yang dikarang oleh kelas saya dulu "EXPONENT", dimana saat pelajaran Bahasa Indonesia kami disuruh untuk membuat "Rantai Cerita". Permainan yang dilakukan oleh semua anggota kelas, setiap anak harus menyumbang minimal satu kalimat. Langsung saja, inilah ceritanya:





Pagi hari aku telah duduk di kelas ini sendiri. Hari masih gelap, matahari belum muncul. Lama aku menunggu, tak ada teman yang datang. Tiba-tiba seperti ada yang membuka pintu, kriiieeet.. Aku menerka, kira-kira siapa yang telah datang. Saat telah kutengok, ternyata itu adalah seorang lelaki botak yang sedang menari-nari. Dia menepuk bahuku, dan aku pun merinding. GEDEBUG, orang itu jatuh tergeletak di lantai dan mulutnya mengeluarkan busa seperti orang ayan. Ku tatap wajahnya yang tergeletak itu. Lalu kuperiksa, ternyata ada kaos kaki di tangannya.

Kaos kaki itu berwarna hijau, dan berinisial “T.I”. ku ambil, dan kucium kaos kaki itu.

Aku bingung, dari mana asal-usul kaos kaki itu.

Tiba-tiba datang seseorang menghampiriku. Seorang itu datang dengan ketakutan. Ia menjelaskan kepadaku bahwa orang yang tadi jatuh mempunyai penyakit ayan yang akut. Rupanya penyebab ia jatuh adalah kaos kaki itu. Aku berpikir bahwa kaos kai itu adalah kaos kaki ajaib. Kaos kaki itu aku bawa ke lab untuk diteliti. Lalu, aku jadi teringat tentang kaos kaki hijau milikku yang hilang sebulan yang lalu. Ternyata itu adalah kaos kaki termahal yang ibuku pernah belikan untukku. Kaos kaki itu kubawa pulang untuk dicuci.

Lalu aku mendengar sirine ambulance, NGIUUNG NGIUUNG NGIUUNG… Aku teringat pada orang yang jatuh di kelas tadi. Tiba-tiba datang 2 orang lain ke rumahku untuk mengambil kaos kaki tadi sebagai barang bukti. Aku pun bingung gelisah ketakutan. Polisi itu memaksaku untuk ikut mereka sebagai tersangka.

Aku dibawa ke ruang eksekusi dan dihukum mati. Tiba-tiba aku jatuh dan terbangun dari mimpiku. Dan aku sadari, Pak Ded** sedang mengajar di depanku.

AND WE LIVE HAPPILY EVER AFTER,

-THE END-

0 komentar:

Posting Komentar

 
;