Selasa, 28 Desember 2010

Hijriyah VS Masehi

Hati siapa yang tidak merasa senang menghadiri acara malam pergantian tahun, melihat berbagai pertunjukan, dan pesta, pertunjukan aneka macam musik terdapat disetiap sudut kota di seluruh indonesia, bahkan di seluruh dunia, pesta kembang api di mana-mana, bunyi trompet bersaut sautan dari kota-kota besar di seluruh dunia sampai ke penduduk desa.

Begitu meriahnya, penyambutan tahun baru masehi ini, sehingga persiapan persiapan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat paling tidak dimulai sejak 15 hari sebelum pelaksanaan. Terlihat di pinggir-pinggir jalan begitu banyak orang berjualan trompet, topeng, kembang api serta peralatan-peralatan lain yang biasa digunakan dalam rangka menyambut datangnya tahun baru.

Ketika kita pertanyakan, apa sebenarnya tujuan mereka melakukan penyambutan terhadap datangnya tahun baru masehi sedemikian rupa ?. Jawabannya menjadi semu, ada orang menjawab “bersyukur” karena kita telah sampai pada tahun baru ini. Tapi banyak juga yang menjawab cuma sekedar hiburan, senang saja, dan bahkan ada yang menjawab untuk hura-hura. Berarti mereka belum paham apa sebenarnya makna yang terkandung dibalik penyambutan datangnaya tahun baru itu.

06 Desember 2010 masehi bertepatan dengan 01 Muharam 1432 Hijriyah. Merupakan tahun baru bagi umat muslim di seluruh dunia, namun momentum ini mugkin tidak banyak mendapatkan perhatian. Karena tidak tanda-tanda yang nampak untuk menyambut datangnya tahun baru hijriyah ini. Padahal, tahun baru hijriyah ini diklaim sebagai tahun baru bagi kaum muslim, akan tetapi kaum islam itu sendiri seakan-akan cuek dengan datangnya tahun baru hijrihah ini, bahkan lebih berantusias terhadap datangnya tahun baru masehi.

Kalau dilihat dari sejarah, tahun hijriyah dicatat berdasarkan bukti sejarah Hijrahnya Nabi Muhammad SAW. Dari Kota Makkah ke Kota Yatsrib atau yang sekarang disebut Kota Madinah demi untuk menyelamatkan agamanya (islam).

Dalam islam, tradisi penyambutan terhadap peristiwa sejarah mimang sangat dianjurkan, seperti tanggal 27 Rajab, memperingati pristiwa isra’ dan mi’raj Nabi Muhammad dalam rangka menerima perintah shalat, tanggal 12 Rabiul Awal (Bulan Maulid) bulan kelahiran Nabi Muhammada SAW. 1 Syawal (Idul Fitri), merayakan kemenang karena telah selesai menunaikan ibadah puasa satu bulan penuh, 10 Dzul Hijjah (Idul Adha) memperingati pristiwa Nabi Ibrahim ketika diperintah mengurbankan putranya Nabi Ismail, 15 sya’ban (Nisfu Sya’ban) penutupan pencatatan amal kita selama satu tahun, dan termasuk 1 Muharram tahun baru hijriyah, memperingati pristiwa hijrahnya Nabi Muhammad dari Kota Makkah ke Kota Madinah.

Dalam memperingati tahun baru hijriyah, tradisi yang harus dilakukan memang tidak sama dengan tradisi yang dilakukan untuk memperingati tahun baru masehi. Pada tahun baru hijriyah kita dianjurkan memperingati dengan cara berpuasa dari tanggal 30 Dzul Hijjah dan tanggal 1 Muharram dengan balasan akan diampuni dosanya selama 50 tahun yang telah berlalu, membaca do’a ahir tahun sebelum magrib pada tanggal 30 Dzul Hijjah dan membaca do’a alwal tahun sesudah magrib pada tanggal 1 Bulan Muharramakan. Akan tetapi sangat sedikit umat islam yang merespon terhadap anjuran tersebut. Padahal semestinya disamping anjuran tersebut, kita perlu membuat moment-moment lain yang dapat menampakkan kebesaran islam, misal menyantuni fakir miskin, melakukan kajian keislaman, dan bahkan melaksanakan lomba-lomba keislaman yang dapat menampakkan dan memeriahkan syiar-syiar islam.



Kalau kita membandingkan dari beberapa aktifitas yang dilakukan masyarkat untuk menyambut datangnya tahun baru masehi dan tahun baru hijriah cukup jauh, di wilayah-wilayah yang masyarakatnya mayoritas muslim sekalipun. Dalam istilah saya meminjam istilah pertandingan tinju, peringatan tahun baru masehi vs peringatan tahun baru hijriyah, peringatan tahun baru hijriyah kalah KO.

Menghimbau, Kepada semua kaum muslimin untuk memeriahkan dalam menyambut datangnya tahun baru hijriyah dengan kegiatan-kegiatan keagamaan, sehingga kebesaran dan syiar-syiar islam semakin nampak di masyarakat.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;